Hari Dharma Samudera “Kobarkan Semangat Perjuangan Samudera Untuk Kejayaan Indonesia”

Hari Dharma Samudera “Kobarkan Semangat Perjuangan Samudera Untuk Kejayaan Indonesia”

Smallest Font
Largest Font

Jakarta – TNI Angkatan Laut menggelar peringatan Hari Dharma Samudera yang dilaksanakan di atas KRI Banda Aceh – 593 dipimpin Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali, Senin (16/01). Dalam peringatannya tahun ini, momentum yang mengingatkan bangsa Indonesia pada heroisme perjuangan dan pengorbanan para prajurit Jalasena tersebut, mengangkat tema “Kobarkan Semangat Perjuangan Samudera Untuk Kejayaan Indonesia”.

Hari Dharma Samudera pada hakekatnya merupakan wujud penghormatan kepada para pahlawan, pejuang dan tokoh TNI AL yang telah mendarmabaktikan jiwa raganya untuk kejayaan bangsa dan negara dalam berbagai peristiwa pertempuran laut yang terjadi sejak NKRI diproklamasikan. Peristiwa-peristiwa pertempuran laut yang sangat heroik telah tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia dimana nilai-nilai perjuangannya terus diwariskan kepada generasi penerus, khususnya para kesatria pengawal samudera. Sejumlah peristiwa tersebut diantarannya berikut:

a.       4 April 1946 di Selat Bali, perahu-perahu yang membawa pasukan ekspedisi lintas laut Jawa-Bali pimpinan Kapten Laut Markadi, terlibat kontak senjata dengan dua landing craft mechanized Belanda. Unsur Patroli tersebut berhasil ditenggelamkan, pasukan Markadi berhasil mendarat dengan selamat, dan turut memperkuat kesatuan TNI di pulau Bali.

 

b.      5 Januari 1947 di Teluk Cirebon, Kapal RI Gajah Mada yang sedang melaksanakan latihan gabungan dengan pasukan angkatan darat, terlibat pertempuran dengan korvet dan kapal perusak Angkatan Laut Belanda. Setelah berhasil mengusir Korvet HRMS Morotai dari perairan Cirebon, RI Gajah Mada harus bertempur menghadapi kapal musuh yang lebih kuat yaitu Destroyer HRMS Kortenaer. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu RI Gajah Mada tenggelam dan Letnan Samadikun gugur sebagai pahlawan samudera demi mempertahankan kedaulatan wilayah perairan NKRI.

 

c.       13 April 1947 di Perairan Pulau Sapudi, perahu layar Dermawan pimpinan Kapten Harjanto yang menjalankan ekspedisi lintas laut ALRI ke Sulawesi Selatan, bertempur menghadapi dua kapal perang Belanda. Kapal Patroli Belanda RP 107 dapat dipukul mundur, namun serangan mitraliyur korvet HRMS Bacan menghentikan perlawanan Perahu ALRI itu. Kapten Harjanto dan lima prajurit ALRI gugur dalam peristiwa pertempuran itu.

 

d.      12 mei 1947 di Teluk Sibolga, pasukan pertahanan pantai ALRI Pangkalan Sibolga bersama-sama dengan pasukan TNI di Sibolga, terlibat pertempuran dengan sebuah kapal perang belanda HRMS Banckert yang melanggar kedaulatan perairan RI. Setelah bertempur dengan gigih selama enam jam, kapal perusak musuh itu dipaksa meninggalkan Teluk Sibolga.

 

e.       28 April 1958 di Pelabuhan Balikpapan, Korvet RI Hang Tuah yang akan ditarik dari penugasan operasi menumpas pemberontakan Permesta karena kerusakan mesin, diserang oleh pesawat pembom B-26 Permesta. Korvet yang dikomandani Mayor Laut Ayub Laya itu berusaha menghalau pesawat tersebut dengan senapan mesin kapal. Karena tidak dapat bermanuver di alur pelabuhan, korvet tidak dapat menghindar dari serangan bom yang menghantam badan kapal dan meledakkan gudang amunisi, RI Hang Tuah terbakar dan tenggelam dalam serangan itu.

f.       18 Mei 1958, dalam perjalanan menuju pertahanan pemberontak Permesta di Morotai, Kapal-kapal ALRI yang tergabung dalam amphibious task group-21 atau atg-21 pimpinan Letnan Kolonel KKO Hunholz terlibat pertempuran dengan pesawat B-26 Permesta di Perairan Ambon. Serangan bom pesawat musuh itu dibalas dengan tembakan meriam dan mitraliyur anti serangan udara yang terpasang di semua kapal perang, pesawat pembom musuh dapat ditembak jatuh dan sekaligus mengakhiri dominasi Permesta di wilayah udara Timur Indonesia.

 

g.      15 Januari 1962 di Laut Aru, tiga motor torpedo boat atau MTB yaitu RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, dan RI Harimau menjalankan misi infiltrasi mendaratkan pasukan angkatan darat di pantai sebelah Selatan Fakfak, Irian Barat. Kehadiran mereka diketahui musuh, tiga kapal kombatan Belanda masing-masing HRMS Evertsen, HRMS Kortenaer, dan HRMS Utrecht yang didukung pesawat Neptune, mengepung dan membuka serangan udara dengan menembakkan flare dan roket terhadap tiga MTB ALRI.

Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Macan Tutul memerintahkan kapal untuk maju menyongsong kedatangan kapal-kapal Belanda tersebut. Manuver ini untuk mengalihkan perhatian agar semua serangan musuh tertuju pada RI Macan Tutul, tembak-tembakan meriam kapal Belanda mengenai anjungan kapal cepat torpedo Angkatan Laut itu. Dalam situasi yang sangat genting ini, Komodor Yos Sudarso tetap gigih bertempur dengan mengumandangkan seruan “Kobarkan terus semangat pertempuran” melalui radio telefon. RI Macan Tutul  tenggelam dan Komodor Yos Sudarso gugur secara gentle and brave dalam pertempuran tersebut sebagai kusuma bangsa.

            Rangkaian peristiwa pertempuran laut yang menggambarkan heroisme perjuangan para prajurit Jalasena tersebut, berpuncak pada pertempuran Laut Aru tanggal 15 Januari 1962. Selanjutnya momentum tersebut diperingati sebagai hari Dharma Samudera untuk mengenang kepahlawanan dan pengorbanan para patrior dalam perjuangan demi membela kehormatan dan harga diri bangsa Indonesia.

            Momentum peringatan Hari Dharma Samudera telah meningatkan para generasi penerus saat ini, khususnya para prajurit Jalasena, untuk terus mewujudkan nilai-nilai patriotisme, kepahlawanan dan kepemimpinan yang diwariskan oleh pendahulu, dalam pengabdiannya kepada TNI AL, TNI, bangsa dan negara tercinta. 

Demikian siaran pers Dinas Penerangan Angkatan Laut.

 

[Reirisky[ Red ]

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow